masih tentang (cinta_red)

Di dorong banyaknya konflik pribadi dan rasa frustasi terhadap kehidupan seorang teman bertanya kepada saya, apakah cinta dan bagaimanakah bentuk cinta?

Hmmm.... pertanyaan yang cukup berat dan memusingkan.
Cinta!!! Kata ini kedengarannya melankolis, sentimental, puitis sekaligus dramatis. Ketiganya sering menjadi adonan runyam serta renyah, sehingga kehadirannya tidak bisa dijelaskan oleh bahasa apapun.

Oke sekedar flashback dan ini pengakuan dari sebuah fakta gombal, sekitar 1 tahun yang lalu, saya memutuskan mengambil jarak dengan masalah-masalah itu (cinta_red). Dengan keputusan itu sebenarnya saya dengan sadar berperan aktif terhadap manipulasi perasaan saya sendiri.

Pasca gagal membina hubungan dengan seseorang, pernah membuat saya benci dengan nasib, benci pada diri sendiri dan hampir benci pada dunia, merasa seolah-olah dunia bersekongkol untuk menyudutkan saya. Namun semua itu telah lewat, saya telah menemukan dunia saya sendiri dan itu membuat saya belajar banyak tentang arti cinta, kasih sayang, kebersamaan dan juga pengkhianatan.

Bisakah rasa benci berubah menjadi rasa rindu?? seorang teman bertanya lagi pada saya.

BISA JADI... !!,
Kenapa begitu...?
Aihh...banyak orang bilang, batas cinta dan benci hanya setipis kulit bawang. Hanya seperti koin mata uang yang dilemparkan ke udara terus jatuh dan kita menebaknya gambar atau angka. Setiap saat cinta bisa jadi benci dan setiap saat pula benci bisa jadi cinta. Seorang filsuf juga sering mengatakan bercinta itu seperti berlari memasuki dunia tanpa musim, dimana kita bisa tertawa tapi tidak sepenuh hati dan menangis tapi tidak menghabiskan air mata.

Siapa tahu rasa benci dapat berubah menjadi rasa rindu? Karena bagaimana pun, tak bisa disangkal, setiap umat yang bernapas di dunia ini membutuhkan cinta.

Keputusan yang saya ambil bisa dibilang berhasil, dengan jarak yang saya buat saya melihat segala sesuatu lebih jernih, dan lebih rasional.

Saya mencari pil-pil obat rasa rindu dalam berbagai macam hal. Obrolan dengan orang-orang yang jarang terjadi ketika saya galau membuat saya penasaran dan ingin kembali mencoba mengecap apa itu cinta. Dan yang ingin saya bahas di sini adalah bagaimana mengobati rasa rindu lewat tertawa.

Bisakah.... ??

Dalam pengembaraan saya mencari sebongkah tawa dalam ikatan cinta, saya tersandung hal-hal yang aneh, tidak masuk akal dan ganjil yang terjadi dalam kehidupan saya, kemudian saya sadar, dalam cinta itu selalu ada senyum, tawa, sedih dan juga air mata. Dan itulah cinta.

Singkatnya, cinta ada dimana-mana dan kapan saja. Ia menembus ruang, waktu, serta menghancurkan segala bentuk penghalang. Dan wujudnya bisa teraplikasi dalam segala hal.

Karenanya cinta tidak dapat diciptakan atau dibunuh. Ia hadir mengalir tanpa harus direncanakan kehadirannya. Dan, semuanya tidak bisa mengerti kapan cinta harus datang atau mati.

Cinta adalah hidup itu sendiri. Membunuhnya berarti mengakhiri kehidupan. Dan itu berarti kita sudah masuk dalam wilayah rasa kebencian.

* oke tulisan ini saya tulis dalam keadaan tidak lagi galau.