Wednesday, 10 November 2010

Harmoni



Aku berjalan perlahan sambil menarik kain yang kupakai membalut tubuhku. Kain itu berjuntai hampir menyentuh tanah. Kutarik setinggi betis biar tak kotor terkena lumpur. Sesekali kusibak merapikan rambutku yang tertiup sejuknya angin siang ini. Kakiku dingin, menapak dan menginjak lumpur basah. Kulihat kakiku hitam berbalut lumpur, kuku-kuku nya pun hitam legam.

Kadang angin terasa bergeming, lalu untuk kemudian kembali bertiup perlahan. Fatamorgana itu terasa nyata. Sesekali terdengar bunyi gemericik air dan batang-batang padi bergoyang melintas dikedua pelupuk mataku yang masih menangkap sebidang cakrawala biru di ujung pandangan mataku.

Gemercik air beradu bunyi dengan gemerisik dedaunan yang menandakan bahwa angin masih berhembus. Burung layang terbang melayang-layang di cakrawala biru. Ku lihat sebuah pondok tak berpenghuni, bergegas aku melangkah meloncati petak demi petak sawah tanpa alas kaki.

Tak lama, aku duduk melapas lelah, ku tarik nafas dalam-dalam mengisi rongga dadaku dengan udara yang sejuk yang jarang-jarang bisa kutemui. Sambil membersihkan sisa lumpur kering yang menempel di sela-sela ujung jariku, kulihat ada sekawanan anak kambing yang melintas di depanku. Malu-malu mereka mencoba melirikku seakan meminta ijin untuk melahap segala yang hijau di sekeliling pondok. Ah, ku biarkan saja mereka menikmati santapan mereka siang ini, dan tetap duduk manis hanya ingin berbagi sedikit ruang sepi.

Dari kejauahan aku bisa melihat dan mendengar celoteh tawa riang gadis-gadis kecil yang bermain-main sambil berkejar-kejaran. Pasti menyenangkan bercengkrama seolah tanpa beban, lepas, terbebas dari segala kesusahan.

Di ujung sana, di sebidang petak sawah, seorang lelaki tua sibuk menanam benih padi. Benih pengharapan yang menjadi tumpuan untuk esok. Meski harus menunggu bulan berganti, namun jika tiba masanya untuk menuai, kelelahan hari ini pasti terganti.

Sesaat kupejamkan mata, kubiarkan segala yang membelai kulitku dan semua yang terdengar menjadi satu seperti sebuah harmoni yang menyatu dengan seluruh nafasku.

Terbersit, andai aku bisa membagi semua perasaan ini denganmu walau dengan batasan jarak, bahwa kita masih berpijak pada bumi dan berteduh di bawah langit yang sama

Lalu.... ketenangan ini akan terus selamanya kita rasakan. Sampai akhirnya ketenangan ini pecah setelah kudengar suara ibu membangunkanku. Ternyata ini mimpi.... mimpi yang indah meski dalam mimpi itu sendiri tanpamu.

20 comments:

  1. mimpi indah bikin males bangun
    hehehe
    tapi mimpi bisa draih kalo kita berusaha menggapainya.
    maksudnya mimpi yang dibentuk menjadi cita-cita lho. :)

    ReplyDelete
  2. mataku tak berkedip, membaca ini.

    ReplyDelete
  3. hmm ada lagunya "Harmoni" by Padi.. asyik nih..

    ReplyDelete
  4. Mimpi yang indah, semoga ada hikmah. Setidaknya bisa lebih menyemangati, Amin;

    ReplyDelete
  5. mba'e makasih buanyak yuah tips jawabanya...

    walau awalnya bingung utakatik bsa juga.. :P

    mkasih yah...

    ReplyDelete
  6. sukaaa...suka ma tulisan-tulisanaa..salut..pengen belajar juga.. salam kenal yah..:)

    ReplyDelete
  7. mimpi yg indah dan cerita yg indah

    potonya jga keren

    ReplyDelete
  8. mimpi itu akan menjadi kenyataan pada suatu hari

    ReplyDelete
  9. ada rasa damai yah walau sendiri ^^

    ReplyDelete
  10. Andai saja ibu ngga membangunkan dari mimpinya....

    ReplyDelete
  11. keluhan yang indah tari.. salam kenal..

    ReplyDelete
  12. wah...keren....
    semua beraswal dari mimpi...

    ReplyDelete
  13. Mimpi itu bisa mempermainkan emosi kita saat terbangun. Saya paling sebal kalau mimpi mau makan enak, tiba-tiba terbangun. Begh!

    Hi Tary! Apa kabarmu? Maaf baru berkunjung sekarang. ;)

    ReplyDelete
  14. ealaaaaaaaaaaahhhhhhh mimpi ta non.....wkwkwkwkwkwkwkwk

    ta pkr beneran hahahahahahahahahahahaha

    ReplyDelete
  15. berbeda kan endak selalu jelek

    ReplyDelete
  16. kayaknya ini pertama kaLi aku mengeLuh di sini..
    saLam kenaL dari Purbalingga...

    ReplyDelete
  17. Selamat malam

    Aku jadi rindu kampung halaman yang hijau... di sini rasanya sudah penat dengan suasana kota yang tidak selaras dan harmonis... :cry:

    ReplyDelete
  18. Tary ternyata punya bakat menulis fiksi lanjutkan....teruskan...keren

    ReplyDelete