Friday 26 November 2010

" Tary.... kamu mau masuk surga nggak?"



Hari ini dapet jadwal siaran pagi, sebelum subuh udah bangun, mandi terus berangkat ke studio, nggak biasanya diriku sesemangat seperti pagi ini, biasanya kalo dapet jadwal pagi, siaran jadi ogah-ogahan, mata ngantuk, perut laper terus loyo sepanjang hari, alhasil break siaran aku akan tepar di ruang recording, tidur berjam-jam sampe masuk jadwal on air lagi.

Pagi ini memang beda dari pagi-pagi hari kemarin, kenapa ya??? oya.... mungkin karena hari ini gajian kali yah....?? tapi kayaknya bukan itu dech, soalnya gaji bulan ini uangnya udah terprogram semua, setelah bayar ini itu, hampir gak ada sisa buat jajan.

Terus apa ya yang buat aku semangat??

Masih dengan usaha mencari jawabannya, ingatanku kembali ke peristiwa kemarin subuh, waktu ayah membangunkan ku untuk sholat subuh.

Karena aku seorang yang insomia (belum terlalu parah sih), tiap malem aku begadang sambil nunggu mata lelah dan akhirnya terpejam. karena kebiasaan tidur lambat ini, maka bangun tidurnya pun suka telat, dan setiap subuh ayah musti teriak-teriak membangunkanku untuk sholat. biasanya meski kepala keliyengan karena kaget dibangunin,aku akan mengambil wudhu dan langsung sholat subuh, tapi 2 hari kemaren... karena efek jogging di bukit plus pake acara nyasar segala, kaki-kaki ku keram, sangat ngilu seperti remuk di tindih seekor anak gajah (efek dramatisir) dibangunin ayah untuk subuh, aku nggak bangun-bangun.... berulang kali teriak sampe nyokap ikut-ikutan teriak dari dapur, aku nggak bangun-bangun juga. Sampai pada akhirya terdengar sayup-sayup suara ayah berkata " Tary.... kamu mau masuk surga nggak?"

jrenggggg!!! dahsyatnya.... lebih dahsyat dari suaranya bang haji Rhoma Irama.

Dan pagi ini, sebelum di bangunin, aku udah bangun duluan.... ternyata bangun pagi itu sangat indah ya, smua semangat terkumpul di pagi hari, optimisme, percaya diri dan keinginan yang kuat ada di pagi hari. ahhh ayah .... semoga setiap hari dan selamanya aku akan selalu mendengar suara ayah... dan teriakan ibu dari dapur.

Aku sudah menemukan jawabannya kini, ternyata ini yang membuat aku semangat pagi ini, suara ayah dan ibu yang masih bisa aku dengar hingga pagi ini.
My beloved Mom and Dad terimakasih buat doa yang nggak putus-putus dan cinta yang nggak habis-habisnya, beruntung banget rasanya jadi anak kalian berdua. Kalian adalah rindu abadi saya :-)

Masuk Gramedia, ku temukan : Orang Ketiga



Selasa kemaren, bangun tidur buka FB, dapet message kejutan dari PAKDHE CHOLIK, duhh senengnya Pakdhe ku yang guanteng tenan ini mau kasih hadiah novel buatku. Dan sekarang udah gak sabaran menunggu kedatangan hadiah dari pakdhe yang saat ini novelnya sedang otw dari Surabaya ke Bangka.

Sambil menunggu datangnya hadiah dari pakdhe, kakiku sudah gatal pengen masuk gramedia lagi padahal gaji bulan ini harus telat sehari karena alasan teknis dari kantor, dan memang setelah dirinci bayar utang sana sini, dana buat belanja buku memang hampir nggak ada. Berbekal uang 60 ribu rupiah, aku nekad ngajakin Mbak Riska masuk Gramedia hunting-hunting novel kali aja ada yang diskon. Sambil minjem ID Card nya mbak Riska,karena id card ku expired. Berharap bisa beli novel dapet potongan 20%. Karena Sonora sama Gramedia itu adik kakak alias satu group, maka karyawan Sonora yg beli buku di Gramed bisa dapet diskon 10-20 %, ya lumayanlah….

Tuesday 23 November 2010

Puzzle-puzzle Kehidupanku



Mendapat undangan dari Pakdhe Cholik, suatu kehormatan yang tiada taranya untuk saya yang masih sangat awam di dunia perbloggeran. Dan undangan kali ini membuat saya sangat tertarik untuk mengikuti, karena sebelum mendapat undangan inipun, sebetulnya saya sudah membuat resolusi sendiri untuk tahun 2011 mendatang.

Mengkoreksi kembali perjalanan saya selama satu tahun terakhir ini, Bisa di bilang tidak ada lonjakan yang berarti, namun semua itu harus saya syukuri sebagai salah satu pemberian kesempatan terbaik yang pernah Tuhan berikan untuk saya. Bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, perjalanan yang saya lewati terbilang sangat pelik, namun di tahun 2010 ini saya memasuki dunia baru yang tidak pernah saya kira sebelumnya. Meskipun pencapaian saya belum maksimal, tapi saya cukup lega melepas jalannya tahun ini. Mungkin “badai pasti berlalu” itu tema yang paling pas untuk jadi judul tulisan di catatan akhir tahun saya.

Menoleh ke belakang, melihat semua hal yang saya lakukan dan saya dapatkan di tahun 2010, semua lebih dari cukup untuk saya. Saya memiliki banyak kesempatan baik untuk masuk ke lingkungan yang sebelumnya tidak pernah saya kenal, saya mendapat kawan baru, dunia baru, pekerjaan baru dan tentunya semangat baru untuk melanjutkan semua impian yang sempat terhenti.

Di tahun 2011 mendatang, saya sudah menulis resolusi dan tentunya ada beberapa obsesi yang ingin saya wujudkan. Kalau sepupu saya meletakkan meried di urutan terakhir targetnya, saya justru meletakkannya di urutan pertama. Tanpa banyak penjelasan panjang lebar, intinya dengan menikah saya sudah siap mengarungi kehidupan baru dengan pasangan saya.

Yang kedua, karir tentunya, saya sudah sangat mencintai pekerjaan saya. Saya merasa sudah menemukan passion dalam pekerjaan saya. Namun ada satu impian yang ingin saya capai, keingin untuk menjadi karyawan tetap dengan surat pengangkatan dan kenaikan gaji yang sesuai dengan kenaikan harga-harga kebutuhan pokok sekarang ini.

keinginan yang ketiga yang juga ingin saya wujudkan di tahun 2011 mendatang adalah bisa nyicil beli tanah sekaligus kebun untuk ayah saya, ayah saya sangat suka bercocok tanam, semoga di tahun depan harapannya bisa saya wujudkan.

Keempat, mengunjungi Kota Jogjakarta lagi bersama kedua orang tua saya, terakhir kesana tahun 2008, ingin tau kondisi Jogja sekarang ini pasca erupsi merapi. Di point ke empat ini ada impian-impian kecil juga yang saya masukan di sini, kalau jalan-jalan ke jogja lagi, saya ingin punya kamera dan tas ransel sendiri.

Ke empat point diatas, saya masukan dalam impian jangka pendek, sementara saya punya impian jangka panjang menurut versi saya, mungkin bisa terwujud atau tidak. Entahlah… saya pun terus berusaha untuk bisa menjadikan impian saya itu menjadi kenyataan. Saya akan selalu berusaha tetap bersemangat dan tentunya selalu berdoa memohon jalan yang terbaik dari Allah.

Impian sederhana saya hanya ingin bahagia dalam kesederhanaan.
Mewujudkan kehidupan yang bahagia untuk masa yang akan datang, meskipun belum tau akan kearah mana, namun apa salahnya bermimpi, “
Untuk mewujudkan impian ini, mungkin tidak lah mudah…akan banyak sekali cobaan-cobaan yang akan saya lewati…

Saya selalu punya impian memiliki keluarga kecil bahagia dalam bingkai foto, menghabiskan sebagian hidup saya dengan orang-orang yang saya cintai. Bertemu dengan belahan jiwa saya yang akan menemani saya hingga Tua, menjadi istri yang baik untuk suami saya dan menjadi ibu teladan bagi anak-anak saya kelak. Menghabiskan hari tua saya di kota kelahiran saya, memiliki rumah sederhana dengan pekarangan yang luas dan menikmati hari tua saya dengan mendengarkan lagu-lagu oldies kesukaan saya.

Inilah impian jangka panjang saya, yang mungkin akan membutuhkan proses panjang juga untuk mewujudkannya namun saya sangat yakin, saya mengibaratkan hidup seperti menyusun pecahan-pecahan puzzle, dimana satu kepingan puzzle saya ibaratkan sebagai satu impian. untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu menjadi kenyataan, saya harus berjuang menyusun puzzle-puzzle tersebut agar utuh. Udara pagi yang setiap hari saya hirup menghembuskan satu puzzle baru yang harus saya tata agar menjadi mimpi utuh. Walaupun mimpi itu belum menjadi kenyataan, tapi dengan membuat keeping-keping puzzle paling tidak saya punya semangat untuk menyusunnya.

Menjalin mimpi sambil terus menjalin serpihan usaha agar semua jadi nyata akan terus saya lakukan. Karena, semuanya tak akan termulai tanpa ada impian. Karena, hidup ini ternyata adalah impian dan semangat. Let`s share our dream. Let`s share our ideals.

Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan Muhasabah Akhir Tahun di BlogCamp.

Sunday 21 November 2010

Lelaki Dalam Inbox Ku



Lelaki dalam inboxku, laman biru menautkan hati kita. Dalam dunia yang yang kita sebut maya, ribuan kata-kata menyatukan kita hingga melebur menyatu dalam rasa yang sama.

Beribu hari kau menemaniku dengan bahasa khasmu yang mampu meyakinkan aku. Dan tanpa sadar aku memainkan hatiku sendiri pada akhirnya. Dilaman biru ini, aku selalu menanti dengan harap cemas setiap pertanda adanya pesan darimu.

Lelaki dalam inboxku, hanya kita berdua yang mampu mengeja dan menterjemahkan bahasa hati yang kita tulis di laman biru ini. Meski tak pernah bertemu, avatar dan kata-kata yang kau tabur di beranda rumahmu lah yang jadi pengobat rindu untukku.

Tapi mengapa dengan malam ini...??

Kepanikan melandaku dalam mencarimu. Di depan layar monitor berdebu aku menahan tetesan air yang tak terbendung dari sudut mataku, tapi tidak membuatku terlindung dari rasa sakit, pedih, perih yang masih tetap sama setelah ku tau kau hapus aku. Mengapa seperti ini?

Lelaki dalam inboxku, andai kau tahu, seketika saja aku ingin bertemu nyata denganmu. Lalu aku akan menulis sesuatu tentangmu di beranda rumahku melupakanmu dan menutup laman biru ini untuk sementara waktu.

Tapi itu hanya andai....

Aku takkan mampu. Karena segenggam rasaku ternyata masih tertinggal disitu.

Didalam inboxku.

Tuesday 16 November 2010

Sepotong Mimpi Dalam Bingkai Foto



Senja sore ini sebait lirik selaras dengan melodi menyatu berbaur menciptakan simponi, membawaku pada satu romansa yang tercipta dari beribu-ribu hari yang lalu. Disuatu senja yang pernah menjadi saksi bisu, sebuah keinginan dan impian yang kini terpahat mati di tempat itu.

Dalam romansa lalu, bersama kita pernah merapal keinginan dan melukis kebahagiaan diatas kanvas yang sering kita sebut masa depan. Bermimpi memiliki keluarga bahagia dalam bingkai foto, dimana ada aku, kau dan dua malaikat kecil yang lalu akan melengkapi kebahagiaan kita. Impian bersama mengayuh biduk dan mengarungi kehidupan dalam ikatan suci sampai menua. Seperti yang selalu kau katakan...

"Sabar sayang, ini impian kita, doakan aku bisa mewujudkannya kelak".

***

Tapi kini....

Separuh mimpi itu telah pergi, mengikuti jejak kakimu yang juga mencari ruang untuk melabuhkan mimpi-mimpimu yang lain. Yang tertinggal padaku hanya sepotong mimpi yang hingga kini masih ku letakkan di bingkai hatiku. Berharap kelak bertemu lagi untuk menyatukan separuhnya yang masih tertinggal, lalu kemudian bersama-sama menggantungkan kembali bingkai tersebut di dinding hati kita masing-masing.

Adakah mimpi kita masih sama?? memiliki keluarga bahagia dalam sebuah bingkai foto.

Beri aku jawabannya.


*untuk sebuah memoar yang tak pernah kunjung padam dan tak pernah berakhir.

Monday 15 November 2010

Sepoci Kopi & Setangkup Roti



Sepoci kopi dan setangkup roti, menandai adanya kehidupan di pagi hari. Menyambut seringai senyum matahari diiringi kokok merdu ayam jantan membangunkan semesta alam pertanda semua akan kembali bermula di pagi ini.

Kita mencoba menyatu, melebur bersamaan dengan hangatnya suasana pagi. Kebersamaan di meja makan akan selalu hangat seperti kopi dalam gelas keramik yang selalu kusuguhkan. Semanis keinginan untuk berbagi setiap hal-hal kecil yang begitu sederhana.


"sampai hari ini aku masih sayang kamu"

Kata-kata ampuh ini yang selalu menjadi kado terindah di pagi hari. Penanda bahwa kita masih saling berbagi. Semoga esok masih bertemu pagi. Karena selalu ada janji yang kutagih di meja ini.

Sepoci kopi dan setangkup roti jangan hanya menjadi tanda pengingat sebuah rindu keesokan hari. Karena aku masih selalu ingin bersama melewati pagi

Untuk esok.... dan esoknya lagi.

Sunday 14 November 2010

Adakah keinginan kita masih sama??

Malam ini adalah malam yang kesekian ribu kalinya aku sendiri. Malam kelabu yang selalu membuat aku ingin mengeluh, tentang tidak nikmatnya sendiri dan tentang tidak nyamannya rasa sepi. Aku hanya bisa meratap dalam hati, menahan segala rasa yang membuncah. Bagaimana denganmu, adakah kau merasakan hal yang sama??


Aku ingin kau tau betapa aku rindu pada derap langkah kaki kita yang berkejaran. Pada kisahmu dan suara lembutmu yang selalu penuh kesabaran mengajarkanku tentang kebahagiaan. Aku rindu itu semua, aku rindu mengejar bayang hari masa depan yang kita cita-citakan dulu. Adakah kau ingat itu?? Aku merindukannya sangat.

Kapan aku bisa menemuimu? kapan aku bisa menjadi kawan seperjalananmu untuk berbagi kisah tentang kehidupan. karena separuh hatiku masih terpaut pada kisah kasih masa silam. Maka izinkan aku kembali masuk kealam duniamu, menyentuh sisi lainmu yang belum pernah kutau dan membawa satu harap menjadi satu bintang yang dapat menerangi kelamnya hatimu.


Kita masih berada di bawah langit yang sama meski dengan batasan jarak, maka izinkan aku mengenalkanmu pada sebuah keajaiban yang aku namai cinta kasih. Aku ingin sekali memulai hidup dengan catatan baru dan mengubur semua memorabilia tanggalkan semua kemarahan, benci dan seribu dendam pada keadaan yang selalu ku anggap takdir yang cemburu.

Sekarang, bisakah kau mengerti? jika sejatinya pemikiranku adalah larangan jangan gantungkan cintaku pada sebuah roman. Hendaknya izinkanlah aku bertanya sekali lagi, adakah keinginan kita masih sama???

dedicated to
*Seseorang dan satu-satunya orang yang mengerti bagaimana bicara tanpa kata. aku melihatmu... walau coklat menjadi abu
dan pink menjadi jingga. Aku merasakanmu… walau hati ini kelu dan beku
dan hampir mati rasa

karena aku…


Share on Facebook

Friday 12 November 2010

Sabarlah Dek, Jangan Menangis...


sumber foto : (AP Photo/AK Hendratmo)


Dek, senja ini memang merah. Tapi bukan berarti cakrawala biru itu telah sirna. Ingatlah, masih ada esok. Hari esok yang cerah dimana kita bisa bercengkrama lagi, meniti hutan cemara, menjaga edelweis kita sambil menyanyikan tembang lawas tentang kehidupan.

Dek, panas ini akan berakhir. Sesaat lagi hujan akan turun. Membasahi raga kita, menyirami tanah, menghidupkan kembali apa yang pernah kita punya. Sabar lah sayang.... hari indah itu akan tiba lagi, hari indah itu akan kita miliki lagi.

Jangan pernah takut Dek, kegelapan ini akan berganti terang, semua akan berlalu. Jangan pernah menyerah dengan keadaan ini. Alam akan kembali bersahabat. Kita akan menikmati lagi hembusan angin sejuk, Kita akan menaklukkan lagi lereng itu. Berjanjilah kepadaku Dek!

Hapus air matamu. Dan tersenyumlah ...
Kau bukanlah hati yang lemah dalam perjuangan ini. Kau bukanlah hati yang lemah berselimuti kabut pekat yang gundah gulana. Semua kisah telah berlalu dalam kesenjangan malam lalu. Masih ada esok yang indah dalam semaian kelembutan kabut malam.

Dek, meski kini engkau patah berulang dalam kesendirian sunyi dan aku tau kau bimbang dalam kesendirianmu, aku akan selalu ada untukmu. Yakinlah… kita akan selalu bersama-sama memintal benang-benang biru milik kita. Sabarlah dek, kau tidak sendiri. Tuhanmu maha adil dalam hal ini.

*dedicated to children victims of the eruption of Merapi in jogjakarta

Thursday 11 November 2010

Hening...



"Berbeda dengan kesombongan dan keberhasilan yang lapar dengan sebutan positif, keheningan tidak lagi terlalu hirau dengan sebutan. hening bukan lawannya riuh, hening bukan musuhnya ribut. Hening bukan juga atribut yang haus pujian. Hening adalah hening, ia tidak berlawankan apa-apa".

Mirip dengan matahari, kalau saatnya menyinari ia pasti menyinari tanpa memilih yang disinari suci atau kotor.

Serupa dengan bulan, bila waktunya bercahaya, ia berbagi cahaya tanpa bertanya apakah anda manusia baik atau buruk. Tidak banyak berbeda dengan air yang juga tidak serakah memilih.

Kalimat ini aku kutip dari bukunya Gede Prama, buku yang beberapa waktu lalu sangat aku tunggu-tunggu kedatangannya. Sampai pada suatu sore, marketing kantor menelpon bahwa aku mendapat kiriman bingkisan dari seseorang berinisial "P".

Dalam bingkai makna seperti itu, adakah kehidupan yang lebih membebaskan dari keheningan??

Siang ini aku tertarik bicara tentang keheningan, jujur saja, sebenarnya aku kurang paham sekali apa itu keheningan, pendek saja menurut ku keheningan itu sama dengan sepi. Seperti yang aku rasakan siang ini, padahal diluar sana riuh bunyi kendaraan berlalu lalang tak henti-hentinya namun aku lebih senang duduk di belakang rumah melihat ibu sibuk dengan aktifitas memasaknya.

Disini aku merasakan hening, hanya ada suara gemericik air dari kran kamar mandi dan juga suara suitan burung gereja di belakang rumah. Apa ini yang namanya hening??? jika benar.... aku sangat menikmati heningnya siang ini.

Tuhan selalu menghadirkan hal-hal yang indah....hening yang yang tak bisa kuartikan dalam kata-kata, Ia tunjukkan melalui penglihatan dan indra perasaku. Siang ini segalanya tampak indah.... bahkan sepi pun sangat menyenangkan. Ia menganugerahkan aku dan menjadikan jiwa ku hening untuk mengingatkan aku betapa aku harus mensyukuri dan mencintai kehidupan ini

Dan pertanyaanku tentang hening di siang ini sepertinya tak perlu di jawab, karena pikiran yang bergerak dengan sendirinya menemukan jawaban itu, Dan aku sudah menikmati damainya hening siang ini.

Wednesday 10 November 2010

Harmoni



Aku berjalan perlahan sambil menarik kain yang kupakai membalut tubuhku. Kain itu berjuntai hampir menyentuh tanah. Kutarik setinggi betis biar tak kotor terkena lumpur. Sesekali kusibak merapikan rambutku yang tertiup sejuknya angin siang ini. Kakiku dingin, menapak dan menginjak lumpur basah. Kulihat kakiku hitam berbalut lumpur, kuku-kuku nya pun hitam legam.

Kadang angin terasa bergeming, lalu untuk kemudian kembali bertiup perlahan. Fatamorgana itu terasa nyata. Sesekali terdengar bunyi gemericik air dan batang-batang padi bergoyang melintas dikedua pelupuk mataku yang masih menangkap sebidang cakrawala biru di ujung pandangan mataku.

Gemercik air beradu bunyi dengan gemerisik dedaunan yang menandakan bahwa angin masih berhembus. Burung layang terbang melayang-layang di cakrawala biru. Ku lihat sebuah pondok tak berpenghuni, bergegas aku melangkah meloncati petak demi petak sawah tanpa alas kaki.

Tak lama, aku duduk melapas lelah, ku tarik nafas dalam-dalam mengisi rongga dadaku dengan udara yang sejuk yang jarang-jarang bisa kutemui. Sambil membersihkan sisa lumpur kering yang menempel di sela-sela ujung jariku, kulihat ada sekawanan anak kambing yang melintas di depanku. Malu-malu mereka mencoba melirikku seakan meminta ijin untuk melahap segala yang hijau di sekeliling pondok. Ah, ku biarkan saja mereka menikmati santapan mereka siang ini, dan tetap duduk manis hanya ingin berbagi sedikit ruang sepi.

Dari kejauahan aku bisa melihat dan mendengar celoteh tawa riang gadis-gadis kecil yang bermain-main sambil berkejar-kejaran. Pasti menyenangkan bercengkrama seolah tanpa beban, lepas, terbebas dari segala kesusahan.

Di ujung sana, di sebidang petak sawah, seorang lelaki tua sibuk menanam benih padi. Benih pengharapan yang menjadi tumpuan untuk esok. Meski harus menunggu bulan berganti, namun jika tiba masanya untuk menuai, kelelahan hari ini pasti terganti.

Sesaat kupejamkan mata, kubiarkan segala yang membelai kulitku dan semua yang terdengar menjadi satu seperti sebuah harmoni yang menyatu dengan seluruh nafasku.

Terbersit, andai aku bisa membagi semua perasaan ini denganmu walau dengan batasan jarak, bahwa kita masih berpijak pada bumi dan berteduh di bawah langit yang sama

Lalu.... ketenangan ini akan terus selamanya kita rasakan. Sampai akhirnya ketenangan ini pecah setelah kudengar suara ibu membangunkanku. Ternyata ini mimpi.... mimpi yang indah meski dalam mimpi itu sendiri tanpamu.

Purnama



Terpaku di beranda sepi, bermandi purnama. Malam ini langit sungguh bersahabat. Desir angin malam... meniup lembut. Ada gurat-gurat kelabu sisa penghabisan hujan hari ini, namun langit sangat jernih dengan kilauan bintang-bintangnya yang bertaburan

Aku, masih terpaku terdiam dalam ingatan ku tentang masa lalu, tentang permintaan dan harapan mu. Tentang keinginanmu dan keinginanku yang pernah kita tulis di atas selembar kertas putih.

Keinginan dan harapan yang nyatanya belum mampu kita wujudkan, permintaan-permintaan yang akhirnya hanya bisa kita ucapkan tanpa pernah menjadi kenyataan.

Mungkin kau lupa, tapi aku masih saja terus menggenggam keinginan itu. Keinginan yang kini hanya menjadi bayangan lampau. Sayangnya... kita adalah pengecut, terlalu takut dan memilih mengasingkan diri dari kejujuran hati. Ya... aku akui, kita masih sangat angkuh pada setiap kisah yang kita jadikan sebagai masa lalu.

Ini bagian cerita kita. Aku dan kau. Dan semuanya adalah masa lalu. Akanku tutup kembali cerita usang ini sebagai sebuah pelajaran dalam hidup.

Malam ini purnama terlalu indah untuk kulewatkan hanya dengan bernostalgia dengan perih masa lampau. Selamat tinggal masa lalu, namun aku masih terus berharap bisa meyakini bahwa hatiku bisa sepenuh purnama menggantungkan harap pada langit malammu, hingga suatu hari kau juga dapat mengingatnya dengan senyuman.

Monday 8 November 2010

Syukur ku



Sore ini, di beranda rumah menikmati cakrawala langit. Langitku masih cukup cerah, meski diselingin titik-titik sisa hujan tadi pagi. Angin masih berhembus sejuk dan berkabut tipis. Jalanan sudah mulai lengang dan anggrek bulan milik ayah masih merekah dengan indahnya.

Sepi.....
Sore ini sepi, Ku coba berjalan pada kembara diriku sendiri, untuk hari ini maupun nanti. Dengan sisa semangat yang tersisa, ku coba mengais kembali makna yang mungkin tertinggal. Makna hidup yang terkadang aku lupakan karena tertutup ego.

Ada pedih sesekali dalam diriku, menjadi terhempas seperti angin lalu acap kali melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nurani yang menyisakan sesal perih dalam hati.

Hari ini, dengan kasihNya, aku masih diberi waktu untuk berubah, masih diberi hari untuk berbenah diri, dan masih diberi kesempatan sekali, yang mungkin tak kan kutemukan esok hari, atau bahkan beberapa menit lagi.

Sudah seharusnya juga aku syukuri keadaannya sebagai satu pemberian kesempatan yang terbaik yang pernah Tuhan berikan untuk aku.

Wahai Tuhan, jejak itu biar jadi tanda bahwa KAU telah menempaku lebih indah daripada yang kukira, bahwa jejak ini hanya satu tanda cintaMu untukku, untuk masa nanti ketika aku melafaz segala maaf dalam batin ku - untuk sebuah memorabilia terindah, syukurku atas keindahan hidup yang selama ini boleh aku nikmati...

Mungkin, hari ini masih ada hal-hal yang terlewatkan dan yang belum aku mengerti. Tapi satu hari nanti semoga saja jadi ungkapan rasa syukurku yang terdalam dan kecintaanku kepada hidup

Sunday 7 November 2010

Perginya Edelweis dari Cangkringan...



Semarak kehidupan khas pedesaan di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, musnah jadi abu sejak Merapi secara berantai memuntahkan lava dan awan panasnya tanggal 26 Oktober, 30 Oktober, dan 4 November 2010. Namun, barangkali kita lupa, dusun-dusun di lereng Merapi itu sepanjang sejarahnya timbul- tenggelam bersama letusan gunung yang nyaris jadi kubur sejarah ini.

Sejumlah pencinta alam mencatat, pascaletusan 2006, rumpun-rumpun bunga abadi edelweis marak dan menari-nari di lapangan Kali Adem.

Penduduk melarang mahasiswa pencinta alam mencabut dan menjualnya. Penduduk menjaga edelweis itu untuk "dijual" kepada wisatawan sebagai tontonan.

Meski semua usaha manusia seolah sia-sia, karena waktu dan perubahan alam akan menggulungnya, toh orang tetap mencatat indahnya edelweis yang pernah turun, juga lelucon-lelucon Mbah Maridjan yang mengejutkan.

Dibawah ini juga saya upload foto-foto yang saya ambil dari kompas.com
















sumber: kompas.com


Tak mampu berujar apa-apa. hanya seuntai do'a dan harapan tulus dalam hati. Ya ALLAH... sudahi perih ini dan tabahkan hati saudara-saudaraku di sana.

Thursday 4 November 2010

Terpatahkan...



Saya kenal dia saat usia saya 22 tahun. Di suatu divisi dan ruangan pekat berkabut asap rokok. Di dalam ruangan sempit berdebu ini, saya, dia dan beberapa orang lagi didalamnya menghabiskan separuh waktu malam kami berkelut dengan komputer dan bahan-bahan mentah yang akan diolah menjadi berita untuk terbitan koran di keesokan paginya.

Monday 1 November 2010

Hari Ini Milik Saya



Pagi yang dingin..... matahari masih sembunyi di peraduan, ditemani secangkir teh panas dan lantunan suara oppie andaresta yang mengalun-alun dari bilik kamar saya.

Masih dengan usaha ngumpulin semangat, cari ide dan inspirasi di pagi ini, mau kemana, ngerjain apa dan berusaha ngilangin kegiatan favorit setiap pemuda-pemudi sehat di abad 21 yakni tidur, saya buka dan baca lagi Buku La Tahzan pemberian PAKDHE CHOLIK