Monday 2 November 2015

Malam, Hujan Dan Hening



Rintik hujan pertama di Jakarta malam ini terasa sangat membahagiakan.  Ditemani frekuensi radio favourit yang memutar lagu-lagu manis pengantar tidur, sungguh terlalu sayang melewatkan bunyi denting air hujan yang jatuh ke genting rumah dengan pergi beranjak tidur terlalu cepat. Bulan November dan musim penghujan yang gue yakin semua orang sangat merindukannya, termasuk gue yang sudah merasa kering kerontang jiwa dan raga di musim kemarau panjang ini.

Oke gue udah cukup merasa fix dengan kondisi yang gue rasakan malam ini. Sempurna!! coklat panas, malam yang dingin, aroma tanah basah, dan suara rinai hujan yang selalu jadi favourit gue.

Dan satu lagi suara penyiar radio idola gue yang setiap perkataannya selalu nancep di hati gue meski gue nggak pernah tau seperti apa rupanya.

Lengkap sudah, sesederhana ini gue bisa merasa sangat bahagia malam ini.

Diantara rasa bahagia dalam suasana hening  ini, tiba-tiba gue  pengen nulis tentang keheningan, apa itu hening? dan dimana mendapatkan hening itu? pertanyaan yang dulu selalu ada dalam benak gue ketika gue mulai dilingkupi rasa jenuh.

Gue selalu suka suasana hening. Biasanya hening selalu gue rasakan di malam hari ketika hujan, Seperti malam ini meskipun hujan hanya rintik saja. Dalam hening pikiran gue bebas berkeliaran ke mana saja ia mau, salah satunya tertuju ke dapur emak gue. Dulu, pertama kali gue merasa hening itu indah ketika  berada di belakang rumah tepatnya di dapur emak. Hanya ada suara gemericik air dari kran kamar mandi yang beradu bunyi dengan suitan burung gereja di atas pohon nangka. Saat itu bunga-bunga anggrek bulan kesayangan ayah mulai bermekaran. Ayah memang sangat suka memelihara tanaman, dan bunga anggrek salah satu tanaman favouritnya. Sedangkan emak sibuk dengan aktifitasnya memasak di pagi hari, kebulan asap dari tungku kayu dan bunyi gemercik minyak panas dari wajan penggorengan menambah suasana semakin ajaib saja saat itu.

Gue juga kurang paham seperti apa definisi hening, seperti yang gue kutip dari buku Gede Prama hening adalah,

"Berbeda dengan kesombongan dan keberhasilan yang lapar dengan sebutan positif, keheningan tidak lagi terlalu hirau dengan sebutan. Hening bukan lawannya riuh, hening bukan musuhnya ribut. Hening bukan juga atribut yang haus pujian. Hening adalah hening, ia tidak berlawankan apa-apa".

Tuhan selalu menghadirkan hal-hal yang indah, meski sulit mengartikan hening dalam kata-kata namun ditunjukkan melalui penglihatan dan indra perasa. Malam ini segalanya tampak indah, seperti perasaan yang gue rasakan beberapa waktu lalu di dapur milik emak. 

Tak perlu riuh, tak perlu ramai, tak perlu mahal, bahkan sepi pun sangat menyenangkan. Sang Pencipta  telah menganugerahkan dan menjadikan jiwa ini hening untuk mengingatkan gue betapa gue harus mensyukuri dan mencintai kehidupan ini. Dan pertanyaan-pertanyaan tentang hening sepertinya tak perlu di jawab lagi, karena pikiran yang bergerak dengan sendirinya menemukan jawaban itu, dan sekali lagi gue menemukan hening malam ini.

Jadi demikianlah hening, hanya bisa dirasa.