Monday 10 October 2011

" Mamak "



Setelah semalam berbincang cukup lama dengan seseorang yang saat ini dekat dengan saya apalah itu namanya, pacar, kekasih atau calon suami, tentang pernikahan, keluarga dan kehidupan setelah menikah, entah kenapa mendadak saya dilema. Bukan masalah ketidaksiapan atau keragu-raguan untuk melangkah ke jenjang yang disebut pernikahan, bukan hal itu yang saya pikirkan, bukan sama sekali, saya bahkan sudah sangat mantap untuk melangkah ke arah itu. lalu apa? Ada hal lain yang terkadang membuat saya ingin menangis, menangis untuk seseorang yang nantinya bakal melepas kepergian saya setelah menikah.

"mamak" wanita tangguh yang 27 tahun lalu telah melahirkan saya, ibunda saya yang sangat saya cintai, saya selalu menarik nafas dalam bila membayangkan hal itu...

Apa yang akan terjadi nanti, ketika bangun pagi tak ada suara riuh ibu dari dapur, tak ada senyum bahagia ibu setiap menyambut saya pulang, tak ada sentuhan hangat ibu ketika bermalam-malam menemaninya menonton televisi, apa yang bisa saya lakukan ketika rindu menderu ditengah malam, rindu akan sosok yang selalu sabar dan ikhlas menyayangi saya...

ahh... saya memang terlalu manja, terlalu naif membayangkan hal yang belum terjadi, tapi obrolan semalam bersama sang kekasih, mau tidak mau membuat saya harus membayangkan hal ini, ketika saya resmi di persunting kekasih saya, otomatis saya harus ikut kemanapun suami saya pergi, termasuk harus meninggalkan mamak, ayah dan adik saya tercinta, meninggalkan keluarga, pekerjaan dan kota tempat kelahiran saya untuk masuk dan mengarungi kehidupan yang baru sebagai seorang istri. Lalu apa yang sebenarnya saya sedihkan? bukankah ini akan menjadi kebahagiaan terbesar ibu saya ketika melepas anak gadis satu-satunya untuk menikah. Ibu saya selalu mengatakan, jika dalam karir kamu merasa kurang atau belum puas dalam pencapaian kamu, mungkin Tuhan sudah persiapkan hal indah lainnya buat kamu, mungkin dengan menikah kamu akan temukan kebahagiaan kamu yang seutuhnya. Yah... itu kalimat yang terucap dari ibu saya, tentunya itu bukan sembarang omongan biasa, saya tau disitu ada harapan dan do'a yang ia selipkan buat saya. Tapi tetap saja, saya sangat sedih ketika harus membayangkan berpisah jauh dengan ibu saya. Ibu tempat saya bermanja, yang setiap saat selalu ada di dekat saya, yang setiap pagi membangunkan saya, yang yang selalu sabar menghadapi egois saya. Lalu apa? apa yang telah saya berikan untuk ibu saya, belum ada... saya belum memberikan apapun yang bisa membuat dia tersenyum bahagia. saya belum menjadi apapun, belum bisa berbuat apapun untuk membahagikannya.

Saya sangat sedih bila membayangkan hal itu, belum ada sesuatu yang berarti untuk membalas semua yang telah ia beri untuk kehidupan saya. Berapa lama kebersamaan kami Tuhan...? Beri saya waktu yang banyak untuk bersamanya, Beri saya kesempatan yang banyak untuk melihat senyumnya. Saya sangat ingin ibu saya bahagia.

9 comments:

  1. wah..bagian tersulit kalo menikah ya ninggalin rumah ya mbak.. :)

    ReplyDelete
  2. yah emang begitu ya tahapan2 kehidupan...
    ada saatnya emang untuk melangkah, meninggalkan orang tua. karena udah saatnya buat kita jadi orang tua buat anak2 kita kan... :)

    tapi toh kan bukan berarti itu putus hubungan ama ortu. kan masih bisa dateng berkunjung atau nginep2... :)

    ReplyDelete
  3. Jadi kepikiran anak saya yang masih kecil itu. Dia cuma sendirian, kalau dia pergi, saya dan istri sama siapa? Hwuaaa... :((

    ReplyDelete
  4. Nikmati waktu mu
    Saat bersama nya mbak,,
    Selagi mampu,,,

    ReplyDelete
  5. Ibu, takkan mampu ku membalas semua jasa-jasamu

    ReplyDelete
  6. meskipun belom punya calon tapi saya juga selalu mikirin hal keq gitu juga...
    saya juga deket banget sama ibu saya... :(

    ReplyDelete
  7. Puas-puasin selagi ada. Coba kayak saya belum selesai sekolah ibunda udah pergi, gimana mau berbagi kebahagiaan dan membahagiakannya. Salam

    ReplyDelete
  8. Hmm... hal yang begitu membahagiakan sekaligus sangat menyedihkan bagi ibu, yaitu menikahkan putrinya.

    ReplyDelete
  9. lahir ... hidup ... menikah .. dan bye bye ...
    garis hidup yang harus dijalanani ...

    ReplyDelete