Saturday 3 October 2015

Cerita Tentang Dapur Kami



"Setiap rumah tangga pasti punya cerita dan punya rahasia tentang dapur mereka. Dapur bukan hanya tempat untuk memasak dan mengolah makanan, bukan pula tempat untuk memajang perabotan yang hanya sekedar tau saja kegunaannya untuk apa. Lebih dari itu dapur adalah tempat yang penuh cerita. Ada suka, duka, pahit, asam, manis dan asin. Dari sanalah kreatifitas tercipta".


Dapur bagi gue merupakan ruangan yang paling nyaman untuk berekspresi. Dari sana biasanya sering muncul ide-ide yang tak terduga. Bercerita tentang dapur, gue ingat sekali dapur dirumah kami yang lama. Dulu dapur kami sangat luas berhadapan langsung dengan ruang makan dan taman belakang rumah yang dilengkapi dengan kolam ikan dan koleksi ikan-ikan Koi milik ayah. Dapur kami sangat adem karena terdapat ruang terbuka  hijau di sisi ruang makan jadi udara bisa dengan leluasa masuk. Tapi sayangnya dulu dapur kami sangat jarang digunakan untuk memasak dan ruang makan kami sangat jarang digunakan untuk makan bersama karena kesibukan ayah dan emak yang bekerja dari pagi sampai petang baru balik kerumah dan adik satu-satunya yang tidak tinggal bersama karena sedang kuliah di Jogja hingga terkadang gue hanya di temani alm. nenek yang memang sering menginap dirumah. 

Dapur di rumah kami yang sekarang sangat kecil, 7 tahun sudah kami sekeluarga pindah ke rumah yang baru yang letaknya dekat dengan kota karena rumah yang lama sengaja di jual ayah dengan alasan letak rumah yang kurang strategis untuk membangun usaha rumahan. Dapur rumah kami sangat minimalis, saking minimalisnya bahkan nggak bisa menampung banyak barang. Dapur kami hanya dilengkapi perabotan seadanya aja, Gak ada kitchen set atau meja batu keramik yang mewah disana hanya ada meja kayu, sebuah kompor gas dan dua tungku kayu yang memang sering dipakai ketika Emak memasak dalam jumlah banyak semisal ada acara keluarga ataupun acara di Masjid. 

Tungku kayu bagi sebagian masayakat memang sudah banyak ditinggalkan, masih ada yang pake tapi paling masyakat yang tinggalnya di daerah pedesaan. Tapi emak gue masih sering memakai tungku kayu dengan alasan sederhana "hemat gas" heheheh... .Sebenarnya kata orang tua jaman dahulu masakan yang dimasak dengan api kayu lebih enak dibandingkan makanan yang dimasak dengan kompor gas. Ah.... entahlah gue belum menemukan perbedaaan itu tapi yang jelas memakai tungku kayu ada kelebihan dan kekurangannya juga sih. 

Di dapur rumah kami yang sekarang, meskipun tak seluas dan sebagus dapur kami yang lama setiap hari selalu ada asap yang mengebul, selalu ada aroma dan bau masakan lezat, selalu ada canda tawa dan cerita di meja makan, dan selalu ramai dengan suara radio yang di putar emak untuk menemaninya memasak. Setelah memutuskan pensiun dari kegiatan sehari-harinya emak dan ayah lebih sering berada dirumah. Memasak, ngobrol, makan bersama, atau sekedar bersenda gurau lebih sering dilakukan di dapur dibanding ruang keluarga. Ada kerabat yang datang kerumah pun lebih sering berkumpul di dapur dibandingkan ruang lainnya.

Dari kecil gue sangat senang melihat kepiawaian emak di dapur, ada saja yang ia lakukan disana entah itu memasak lauk ataupun membuat berbagai macam cake dan cemilan enak lainnya. Gak lama kemudian tau-tau sudah ada aja makanan lezat yang di hidangkan di meja makan.


Setiap anak pasti setuju kalau masakan ibunya adalah masakan yang paling lezat sedunia, bahkan masakan Cheff yang paling handal pun tak bisa mengalahkan nikmatnya masakan ibu. Karena  sejauh apapun si anak melangkah pasti yang dirindukan ketika pulang adalah masakan ibu. Demikian juga gue, bagi gue masakan yang paling enak dan pas di hati  cuma masakan emak. Bahkan setiap pulang kampung gue selalu minta dimasakin macem-macem saking rindunya sama masakan rumah. Entah kenapa kalau emak yang masak telor ceplok pun terasa nikmat.


Hidup di perantauan dan jauh dari kampung halaman terkadang sering bikin gue rindu sekali dengan masakan rumah. Biasanya dalam seminggu gue selalu sempatkan memasak makanan asli dari daerah asal gue pulau Bangka, atau sesekali mencontek resep emak. 
Gue selalu cinta masakan rumah, di tangan emak semua jenis makanan, komposisi dan takaran selalu pas. Tangan emak begitu tulus menyajikan setiap makanan yang dimasak untuk dinikmati bersama, begitu ikhlas melakukan apa yang sudah menjadi kewajibannya. Dari emak gue ingin belajar banyak cara mengolah makanan, bahkan bukan hanya sekedar belajar memasak dari emak juga gue ingin belajar tentang apa itu ketulusan dan keikhlasan. Gue ingin nantinya anak dan suami gue selalu rindu dengan masakan gue, selalu pulang dan kembali ke gue hanya untuk menikmati masakan gue. Gue ingin menciptakan sejarah dalam keluarga kecil gue. keinginan yang sederhana bukan??

Semoga sesegera mungkin gue bisa memiliki dapur sendiri, heheh... maklum sekarang masih minjem dapur mertua. Punya dapur sendiri tentu lebih menyenangkan dengan begitu gue bisa berkreasi dengan beragam jenis makanan, yahhh... setidaknya gue harus berhasil menjadi Cheff bagi keluarga gue sendiri.

Bagaimana cerita dapur dirumah kalian??




5 comments:

  1. Dapur kita juga kecil. Dan penuh. Hahaha.
    Kita lbh sering ngumpul dan ngobrol di meja makan. Tp meja makannya emang nyambung ama dapur anyway sih Hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. kebersamaan di meja makan memang moment yang paling seru ya kak, apalagi di pagi hari waktu sarapan.

      Delete
  2. aamiin semoga tercapai impiannya...
    dapurku juga kecil *kemudian sedih

    ReplyDelete
  3. Dapur saya juga kecil
    Dapur Emak luaas
    Waktu saya buatkan dapur beliau bilang:"Dapur kok kayak lapangan sepakbola"
    Ternyata sekarang isinya juga full barang termasuk meja, tempat tidur yang untuk tempat aneka barang, almari saja ada 3 di dapur Emak hahahaha
    Selamat blog barunya
    Salam sayang dari Jombang

    ReplyDelete
  4. kalo ke bangka nitip dodol bangka :D

    ReplyDelete