Saturday 21 May 2016

Dunia Kecil Itu: Nostalgia di RRI Pro2 Jak



Sepertinya gue memang susah move on dari dunia radio. Sejak memutuskan berhenti bekerja sebagai announcer di salah satu radio swasta yang punya banyak jaringan di hampir seluruh wilayah Indonesia gue merasa ada sesuatu hal yang besar yang terlepas dari hidup gue. Oke, mungkin gue terlalu mendramatisir bagian yang ini. Toh gue berhenti juga untuk memulai hidup gue yang baru yaitu berkeluarga, punya anak dan hijrah ke ibukota. Tapi nggak bisa gue pungkiri dan gak bisa gue berbohong pada diri gue sendiri terkadang masih ada keinginan untuk kembali ke masa-masa itu, berada di dalam studio menyapa pendengar di udara dan memutar lagu-lagu yang manis. Gue rindu sekali dunia kecil gue yang manis itu.

Menjadi penyiar radio adalah salah satu potongan cerita perjalanan hidup yang paling berharga buat gue. Gue selalu menyebutnya  "dunia kecil"  yang mungkin  bagi sebagian orang tidaklah istimewa namun berbeda bagi gue. Karena di sana gue belajar berkarya dan menemukan keluarga baru, yaitu sahabat. Banyak cerita terurai dari bilik ruangan kecil dan dingin itu banyak pula suka dan dukanya, namun semua tak berarti tatkala kami mulai menyapa semua pendengar di udara dan memutar lagu-lagu request dari pendengar. Karena pahit manis, suka dan dukanya jadi penyiar hanya sesama penyiarlah yang tau. Gimana rasanya harus bangun pagi-pagi membunuh mimpi dalam lelapnya tidur saat kebagian jadwal siaran pagi dan mungkin nggak semua orang bisa legowo harus tetap bekerja mengudara di hari libur bahkan pada saat lebaran dan hari besar perayaan keagamaan lainnya juga. 

Setiap dengar radio gue selalu merasa rindu saat-saat masih jadi penyiar. Apalagi kalau pas dengerin temen lama yang siaran rasanya ada sedikit rasa cemburu dalam hati. Gue sering ngebatin dalam benak gue bisa nggak ya gue jadi penyiar lagi? masih ada nggak ya kesempatan itu buat gue dan seabrek-abrek pertanyaan lainnya yang kadang malah bikin gue tambah galau. Makanya hari-hari gue nggak pernah lepas dari yang namanya radio, mulai dari pagi hari gue udah nyetel radio favorit gue mendengar suara penyiarnya dan lagu-lagu yang di putar. Seperti ada sebuah ikatan rasa gitu, cukup dengar radio untuk membangkitkan mood gue yang terkadang udah berantakan di pagi hari.

Menjadi penyiar adalah prestasi yang sangat gue banggakan, walaupun mungkin banyak yang berpikir ah... cuma penyiar ini, berapa besar sih gaji nya? nggak bikin cepat kaya kan?. Mungkin banyak yang berkata seperti ini, namun bagi gue masalah kecintaan nggak bisa di ukur dengan materi. Meskipun terdengar munafik karena zaman sekarang orang kerja kan buat nyari duit, nggak punya duit ya nggak bisa makan seperti itulah kasarnya. 

Saking galaunya gue pernah berpikir menikah dan berkeluarga telah menutup semua kemungkinan gue untuk mengejar impian gue menjadi penyiar radio lagi, namun syukurlah gue cepat tersadar kalo pemikiran seperti itu adalah salah besar. Gue terlalu sombong berprasangka buruk kepada takdir yang telah Tuhan gariskan utuk hidup gue. Toh ternyata menikah, berkeluarga dan memiliki anak adalah prestasi terbaik yang gue raih saat ini. Untuk menghibur diri sendiri gue selalu yakin kalau Tuhan punya cara dan rencana nya sendiri tentang hidup gue, bisa jadi gue nggak bakal pernah jadi penyiar radio, atau kalau memang gue sudah ditakdirkan jadi penyiar radio sekalipun gue tinggal di gundukan sampah  tetap aja gue bakal ngorbit suara. 

Mungkin sekarang kesempatan itu udah jauh di depan mata namun siapa bisa menduga suatu saat kesempatan itu datang lagi. Sekarang hampir 4 tahun dan gue sangat bangga dengan status mantan announcer yang gue sandang saat ini. Dalam hati kecil gue selalu berkata lirih "Tuhan dalam kesempatan apapun, tolong beri sedikit kesempatan buat gue untuk kembali ke studio lagi, untuk bisa cuap-cuap di depan mic lagi, please....".

Dan...

Singkat cerita, berita baik itupun datang tanpa di duga-duga. Mbak Della dari team gue di MKD ngabarin ada penyiar RRI Pro2 Jak yang ngajak MKD siaran bareng. Bahagia dan bangga dong secara baru 1 tahun lebih usia MKD kita mendapat kesempatan bagus yang bahkan belom pernah kita bayangkan. Siaran di RRI pula, Radio Republik Indonesia gitu loh. Waktu dapet kabar itu dalam hati gue pengen ikutan nih, tapi sebelum di ajak sama mbak Della gue nggak berani minta ikutan takutnya entar yang dateng nggak boleh reme-rame.

Ternyata dari team kita yang dateng empat orang, malem itu abis sholat maghrib gue udah rapih aja sambil nunggu suami pulang biar ada yang jagain Raheesa. Nunggu hampir jam tujuh malem suami gue nggak nongol-nongol, hampir gelisah nih takutnya entar telat dan pasti kena macet di jalan. Eh nggak lama suami gue dateng dan bilang mau nganterin gue ke RRI di jalan Medan Merdeka Barat Jakarta Pusat, padahal suami baru pulang dari kantornya yang cukup jauh di daerah Mampang. Syukurlah sambil bawa si kecil Raheesa jadi nggak was-was ninggalin anak di rumah. Sambil menerobos kemacetan Jakarta akhirnya bisa sampai di gedung RRI dalam waktu 30 menit dari rumah, untungnya belum telat. Di depan RRI udah ada mbak Della dan Empie tinggal nunggu si Endang team MKD lainnya yang memang perjalanannya agak jauh dari Cakung ke RRI.




Masuk ke gedung RRI tiba-tiba gue merasakan hal yang sama seperti dulu, suasana radio kalau malam hari itu selalu sepi karena bagian kantor dan marketingnya pasti udah pada pulang tinggal para penyiar yang sibuk siaran di dalam studio masing-masing. Nggak jauh berbeda dengan suasana studio gue yang dulu, sepi dan menyenangkan.

Jam delapan malam pas kita berempat udah masuk ruangan siaran, ketemu si Fajar announcer RRI yang gue rasa usianya masih muda banget. Mulai dag dig dug deh, mungkin dibandingkan temen yang lain gue yang paling emosional malam itu, perasaan gue campur aduk antara senang, sedih dan terharu rasanya pengen teriak histeris aja ngeliat meja siaran. Akhirnya Tuhan ngabulin juga doa gue bisa masuk studio siaran lagi. Jiwa narsis gue masih sama seperti yang dulu menggebu-gebu banget pas liat mic dan headphones di meja siaran bawaannya pengen poto-poto aja. 

Satu jam berlalu sangat cepat, seru juga siaran di RRI Pro2 Jak karena yang gue liat program siaran mereka memang menyasar kawula muda gitu. Kita membahas seputar MKD gimana awal mula terbentuk, siapa aja anggota team nya dan berbagai pertanyaaan lainnya. Semoga kedepannya MKD bisa siaran bareng lagi nggak hanya di RRI Pro2 Jak tapi bisa on air bareng di radio-radio lain di Jakarta. Intinya gue bahagia banget malam itu, berkat bergabung di MKD akhirnya setelah sekian lama kerinduan gue untuk masuk ke studio siaran lagi terkabul. nostalgia sekalian nostalgila.

Semua orang bisa menjadi penyiar radio tapi mungkin kesempatan yang tak selalu ada. Kalau kehidupan seperti kaset dan tape recorder yang bisa di rewind, mungkin gue akan memilih kembali pada bagian yang ini, kembali ke studio dan memutar lagu-lagu yang manis.

Ini adalah sekumpulan kenangan tentang gue dan dunia kecil gue di waktu yang lalu. Sekarang ikuti rencana Tuhan aja, semoga kembali menemukan potongan-potongan perjalanan hidup yang membahagiakan seperti ini lagi.





11 comments:

  1. wah asyinya ya bsai jadi penyiar, butuh keahlian khusus ay, tentunya pandai bicara agar pendengar gak bosan. Eh suaranya juga harus bagus. dulu aku pernah tereksan dengan suara penyiar radio pria, diangan2ku dia pastinay ganetng karena suaarnya lembut, renyah dan enak didengar. Ternyata saat ke radio bertemu dengannay, orangnya sih sangar , beda dengan suaranya

    ReplyDelete
    Replies
    1. he eh kadang2 penyiar emang suka menipu dan banyak yg tertipu karena menggilai suara si penyiar. dulu sebelum jadi penyiar gue juga salah satu pendengar yang ngefans dan tergila-gila sama suara seorang penyiar, pas tau orangnya yg mana baru sadar gue dapet zonk heheh. senior gue juga dulu begitu banyak bgt fans yg suka sama suaranya. sampe ada yg berkhayal dengan suara sebagus itu paling nggak mukanya mirip2 sama ahmad dhani lah, ternyata harapan nggak sesuai kenyataan.

      Delete
  2. wow, keren bisa siaran di RRI

    ReplyDelete
  3. Dulu sering mendengarkan radio untuk update lagu-lagu yang lagi ngehits, tapi sekarang sudah (hampir) gak pernah mendengarkan lagi, Mbak. Selain karena gak punya radio, eh, hapenya juga gak ada aplikasi radionya, hihi

    Btw, senangnya bernostagila ya, Mbak, eh nostalgia ding :P

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya bahagia banget nggak nyangka bisa masuk studio RRI Pro2 Jak. kalau gue malah jarang nonton TV karena lebih seneng denger radio sih.

      Delete
  4. Taaaar...
    Pasti asyik banget dulu pernah jadi penyiar yaaah, jaman sekarang banyak penyiar yang eksis dan pada loncat ke layar kaca hehe...

    Sayang banget waktu itu aku kelewat gak dengerin pas MKD siaran, tapi udah dapet rekaman-nya, ntar mau dengeriiiin hehe...

    Sukses terus buat MKD dan tebarkan terus racun-racun drama ke seantero timeline bhahaha...

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya teh, mirisnya loncat ke layar TV malah jadi pelawak yang gak jelas kadang lucunya di bagian mananya. makasih ya teh...doanya buat MKD

      Delete
  5. Mbak Tariii.. senangnya yaaa bisa masuk studio lagi. aku kemarin udah dengerin rekamannya tapi baru setengah karena kuota terbatas :D nanti kalau sampe rumah mau dengerin lagii sampai habis. Kemarin dengerin bagian awalnya udah seru banget!

    ReplyDelete
    Replies
    1. seru lia, sayangnya cuma 1 jam siaran. padahal kalo lebih lama mungkin lebih seru lagi.

      Delete
  6. mantap kak, semoga bisa makin sukses lagi hhehe

    ReplyDelete