Saturday 2 May 2015

Cerita Tentang Kebun Harapan


Masih dalam suasana weekend, sebelum jalan-jalan ke Kota Tua sore ini gue pengen cerita tentang kebun harapan. Kenapa gue sebut kebun harapan? karena di sebidang tanah ini bertumpu banyak harapan dari orang-orang terkasih gue, terutama Ayah yang disetiap jengkal tanah di kebun ini menetes keringatnya. Kebun ini memang bukan milik ayah, tanah ini dibeli sama Om gue 3 tahun yang lalu daripada kosong jadi Ayah dan Om gue mencoba peruntungan menanam pohon lada.

Bangka memang terkenal sebagai daerah penghasil lada, dulu sebelum orang-orang beralih ke bisnis pertambangan timah, lada merupakan salah satu sektor yang menghasilkan di Pulau Bangka. Lada putih Bangka kualitasnya adalah yang terbaik di dunia karena tingkat kepedasan, aroma dan kandungan minyaknya tertinggi dibanding yang lain. Zaman gue SMA sekitar tahun 2000 an, harga sekilo lada bisa mencapai 150 ribu rupiah/kilogram, saat itu dengan harga 150 ribu/kg dinilai sudah cukup mahal, dan dari tahun ke tahun harga lada selalu bergerak naik.

Sebelum mengenal bisnis pertambangan timah, dulu sebagian masyarakat Bangka mengandalkan lada sebagai sumber mata pencaharian. Tetangga gue dulunya adalah petani besar, mereka memiliki kebun lada yang banyak dan luas sampai-sampai mengambil pekerja dari Pulau Jawa untuk mengurus kebun dan memetik lada pada saat panen tiba. Setiap musim panen, mereka mengeruk keuntungan yang sangat banyak dari hasil berkebun lada. Saat itu banyak petani Bangka yang makmur karena lada namun ketika mereka beralih ke bisnis pertambangan timah banyak petani yang tergiur bahkan ada yang menjadikan lahan kebunnya sebagai tempat menggali timah. Setelah timah dikeruk menyisakan lahan yang hancur dan tanah yang berubah menjadi kolong-kolong berair menyerupai danau kecil, tanah yang sudah hancur itu butuh waktu berpuluh-puluh tahun untuk mereklamasinya untuk bisa ditanami lagi. Hal seperti ini sangat banyak terjadi di Bangka. Banyak petani beralih menjadi penambang, namun setelah pemerintah mengambil tindakan tegas terhadap penambangan timah ilegal perlahan-lahan petani Bangka mulai menggarap kebun dan menanam lada lagi.

Ayah gue sebenarnya bukan petani, dulu ia berwiraswasta namun sudah beberapa tahun belakangan ini ia beralih profesi menjadi petani. Om gue ngemodalin membeli bibit, pupuk dan semua keperluan untuk menanam lada, Ayah gue yang menanam dan mengurus semua hal yang ada dikebun. Dulu sempat ada dua orang yang ikut bekerja menjaga kebun namun tahun kemarin balik ke kampungnya di Jawa dan sekarang kebun hanya di jaga oleh 2 ekor anjing. Ayah gue menanam 3000 pohon lada sekarang ada 1000 pohon yang sudah berbuah dan siap menunggu panen. Usai lebaran Idul Fitri ini lada yang 1000 pohon itu sudah bisa panen karena biji buahnya sudah besar dan utuh tinggal menunggu matang.

Ini suasana di kebun beberapa waktu yang lalu, poto diambil sama sepupu gue saat acara kumpul makan bareng di kebun. gue sempet iri banget karena gak bisa ikutan.



Pondok kebun



Hamparan pohon lada yang tumbuh subur



Pohonnya menjulang tinggi



Bulir-bulir buah lada siap menunggu matang


Proses menanam lada memang agak ribet dibanding menanam pohon lain, setelah pohonnya tinggi lada harus diberi kayu penyangga. Orang Bangka biasa menyebutnya kayu junjung. Kayu junjung ini juga dipilih dari kayu yang kuat dan tidak mudah lapuk, karena masa panen lada yang cukup lama minimal 3 tahun  kayu penyangga yang dipilih pun harus yang benar-benar kuat dan tahan dari rayap. Selain itu harus dipantau juga waktu memupuk dan menyemprot hama pohonnya.

Ayah dan Om gue menanam dan mengurus pohon ladanya sendiri, kemaren waktu pulang kampung gue sempat main ke kebun dan luar biasa semua pohon lada tumbuh dengan subur pohonnya tumbuh menjulang tinggi, daun-daunnya lebat dan mulai berbuah bahkan sebagian mulai matang dan siap panen. Semoga tangan ajaib Ayah membawa berkah panen yang banyak dan semoga harga lada bergerak naik menacapai level yang tinggi. Gue selalu berdoa semoga usaha dan kerja keras Ayah gak sia-sia. Setiap tetesan keringat yang jatuh dibalas Allah dengan beribu-ribu kebaikan. Seperti pohon lada yang rimbun daunnya dan lebat buahnya moga rezeki Ayah juga  seperti itu. Semua harapan, semua keinginan dan cita-cita bertumpu di sana, di kebun harapan.  Good job ayah.... 


"Setiap ada doa dan usaha, disana harapan niscaya akan jadi nyata".


3 comments:

  1. wah.. baru tau kalau harga lada semahal itu mbak. btw kebunnya asriiiii. aku selalu suka sama yang hijau hijau :)

    ReplyDelete
  2. Dibeli 3 tahun lalu kemudian ditanami, jadi nunggu panen pertama dong ya? Wuahh.. Semoga hasinya bagus dan berkah^^

    ReplyDelete
  3. Mohon info lengkap harga lada ke saya gan

    ReplyDelete