Manusia

Salah satu buku yang pernah gue baca, Martin Heidegger mengatakan bahwa “kesibukan merupakan ciri manusia”, kesibukan membuat manusia selalu resah dan tidak tenang." Dunia bagi manusia bukanlah suatu yang “apa adanya” tetapi keberadaannya selalu di APAKAN dan di BAGAIMANAKAN. Heidegger juga mengatakan, dunia bagi manusia bukanlah dunia yang telanjang, tetapi dunia yang dibungkus dengan persepsi-persepsi kemanusiaan.

Sejak menjadi manusia, pernah di sadari ataupun nggak, gue mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendasar seperti “apakah tujuan hidup ?”, “apa perbedaan mendasar antara manusia dengan binatang?”, “apa makna hidup dalam dunia ini?” dan berbagai pertanyaan-pertanyaan lainnya yang bikin gue sampai merenung jauh.

Nah, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, gue belum mempunyai cara lain selain membaca buku-buku yang berisi tentang dogma-dogma keagamaan. Karena untuk melakukan penalaran filsafatis atau melalui metode ilmiah gue nggak mampu.

Dan pagi ini, lagi-lagi gue terdampar di satu blog yang membuat gue terkesima dengan kalimat-kalimat di dalamnya tentang makna hidup.
Ngomongin tentang makna hidup, itu berarti ngomongin pula mengenai arti menjadi manusia. Gue pinjam istilahnya Aristoteles manusia sebagai makhluk yang memiliki kesadaran.

Sampe sekarang, gue pikir, manusia adalah sesuatu yang misterius, lebih misterius dibandingkan legenda manapun yang pernah dikuak oleh arkeologi. Mikirin manusia sama aja memikirkan sesuatu yang lebih luas dari apapun termasuk luasanya ruang angkasa dan lebih dalam lagi daripada samudra manapun.

Dan udah menjadi takdir, kalau kita terlempar dalam dunia dimana kita berada dalam struktur, tetapi hal itu tidak menjadikan kita orang yang pesimis dan tidak melakukan pengkonsepsian terhadap manusia lain dan kemanusiaan kita, sebab apalah artinya kita sebagai manusia tetapi kita absen dalam drama kemanusiaan. Selain itu kita harus rendah hati juga untuk mengakui keterbatasan kita dalam membangun konsepsi tentang diri kita.

Tulisan ini adalah hasil refleksi terhadap kemanusiaan. Dengan segala peristiwa yang terjadi di dunia ini, peperangan, pelanggaran HAM, kerusakan alam, kerusakan moral manusia dan segala hal buruk lainnya.
Barangkali tidak adil kalo gue menempatkan manusia dengan segala kesempurnaannya sebagai pelaku utama rusaknya dunia.

Namun, karena kesempurnaan yang dimilikinya manusia melakukan apa aja untuk memuaskan hasrat mereka tanpa mengindahkan kerugian pada manusia lainnya, Mereka melupakan bahwa ada siklus yang berputar dan saling bergantung satu sama lain.

Hmm…. Semoga saja kita menjadi manusia-manusia yang dalam kesempurnaannya, bisa melakukan hal-hal terbaik untuk dunia, bumi dan lingkungan. Dunia udah panas, jangan bikin panas lagi sampe ia benar-benar murka.