Dan aku pun belum memulainya

Dulu aku selalu menghindar bila membahas cinta, terlihat sentimentil memang. Dan bagiku 2 tahun itu sudah cukup untuk membuang episode cerita yang tidak perlu ku ingat-ingat lagi. Hingga aku nyatakan “aku telah pulih”

Sejujurnya aku merasa menjadi diriku sendiri adalah di waktu akhir-akhir ini. Meski hanya merasa dan belum sepenuhnya. Saat ku coba diam ditengah kemarahan dan sakit hati yang tak dapat aku ungkapkan, disitulah aku merasa kembali menemukan apa yang pernah melekat pada diriku, meskipun itu tak sepenuhnya.

Artinya... telah kutemukan waktu-waktu berharga yang bisa kugunakan untuk merangkai asa, cita-cita, dan impianku sendiri...

Perjalanan 5 tahun yang ternyata bukanlah kebahagiaanku, dan selama itu aku merasa hanya menjadi tokoh figuran yang tak berarti apa-apa, hanya menjadi batu lompatan untuk seseorang mencapai impiannya, hingga aku merasa kehilangan diriku sendiri dan kebahagiaanku juga tentunya.

Namun ada yang menarik, ketika 2 malam kemarin membahas tentang cinta dengan sahabatku. kurang lebih kami sama, pernah melewati cerita suka duka, pahit manis, hitam putihnya cinta sehingga bisa ditarik kesimpulan, "untuk bangkit dan melawan arus itu, seperti tembok tinggi yang penuh kawat berduri di atasnya". Siapapun yang mampu melewati tembok itu, dialah orang yang sukses memperbaiki dirinya.

Berbeda denganku, sahabatku, sudah berhasil melewati tembok itu, ia telah menemukan kebahagiaannya. Metamorfosis yang telah ia lalui membawa ia pada seseorang yang selama ini ia impikan, pada harapan dan cita-cita indah untuk masa depan.

Dan aku, meski aku yakin sekali kalau aku telah pulih, sepulih-pulihnya. Di tengah gempita di sekelilingku dan hari-hari yang terlalui, aku tetap merasa sendiri. Belum menemukan yang sebenarnya. Meski tahu cara meruntuhkan tembok tinggi berduri itu. Namun belum tahu akan memulai darimana untuk bangkit.