Monday 3 May 2010

Mintalah maaf pada dunia...

[tary nyoba nulis, terinspirasi dari seseorang. maaf mbak kesabaran anda jadi bahan inspirasi buat saya. salut!!]

Pagi ini seperti biasa, aku memasak air untuk membuat kopi suamiku, karena aku tau ia pasti akan berang ketika bangun tidur tak ada kopi di meja makan. agak kesiangan memang, ku lihat pukul 06’47 menit. Anak-anakku masih lelap dengan mimpinya. Yah... 2 malaikat kecil ku ini selalu membuat senyum di balik kepedihan ku. Semalam, suamiku pulang agak telat, alasannya seperti biasa harus berkutat dengan file-file di kantornya. Padahal aku tau semalaman ia bersama Jani, mantan kekasihnya ketika kuliah.

Aku tak bisa melawan, aku tak bisa mengatakan kalau aku marah, cemburu dan benci dengan wanita itu. Tapi apalah dayaku. Aku tak memiliki apa-apa selain 2 mutiaraku, elang dan bilqis. Aku akui aku memang tak berpendidikan seperti jani, aku hanya perempuan kampung yang disunting Mas pram karena kesalahan besar kedua orang tua kami. Tapi apalah dayaku, aku tak bisa menolak perjodohan ini. Hingga kini di usia pernikahan kami yang ke 9 tahun, aku masih merasakan kehampaan itu.

***
Siang itu aku baru saja menjemput bilqis dari sekolahnya. Aku melihat Jani duduk di teras rumahku. Degup jantungku berdetak. Oh…Tuhan apa yang akan terjadi pikirku. Setelah pertemuan di acara reunian suamiku dengan teman-teman kuliahnya 1 tahun yang lalu. Ini untuk kedua kalinya aku bertemu lagi dengan Jani.

Ada yang berubah dari Jani, perutnya melendung. Tampaknya ia sedang mengandung. Tanpa ingin berpikir buruk dan berprasangka aku menguatkan hati untuk menyapanya. Lalu tiba-tiba Jani bersujud didepanku, kandungannya kini sudah memasuki usia 4 bulan. Jani meminta aku untuk bersedia membagi cintanya mas pram. Aku terpatung, dadaku sesak, air mataku tak terbendung lagi, dan tangis blqis pun pecah.

***
Siang ini ketukan palu hakim menandakan status ku sekarang adalah jandanya Mas Pram. Keputusan berat dan hal yang tak pernah aku bayangkan seumur hidupku. Mas pram menjatuhkan talak kepadaku. Beberapa bulan setelah Jani melahirkan anak pertama nya dengan Mas Pram, kehidupanku seperti di neraka, aku harus tinggal serumah dengan maduku. Mas pram pun mulai berubah tak lagi memperhatikan elang dan bilqis. Dan ini , luka memar di pelipis ku adalah klimaks dari kemelut keluarga yang ku hadapi saat ini.

Mas pram melayangkan bogem mentahnya ke kepala ku, hingga aku tersungkur, rubuh dan tak sadarkan diri. Masalahnya berat bagiku yang tak lagi sanggup aku hadapi harus berbagi dengan perempuan lain dalam satu atap. Namun mereka tidak mengerti, mereka anggap aku lemah hingga menerima saja setiap perlakukan menyakitkan itu.

***
Sore ini di stasiun, aku akan pulang ke kampungku membawa Elang dan Bilqis, mereka masih sangat kecil belum mengerti apa yang dialami orang tuanya. Namun raut muka sedih mereka ikut kurasakan, tak akan ada lagi kasih sayang ayah yang akan mengiringi tumbuh kembang mereka, bahkan di saat-saat seperti ini pun, mas pram tak memperdulikan lagi kedua anaknya. Hatiku perih, dendam, benci dan amarah berkecamuk membaur jadi satu, namun aku harus menerima semua ini, aku harus ikhlas mungkin inilah takdir yang digariskan Allah kepadaku.

Seperti inikah akhir diriku, malangnya aku, sepanjang usia pernikahanku tak sekalipun aku merasakan bahagia kecuali ketika aku melahirkan kedua anakku. Aku memang orang kampung, tak berpendidikan tak juga memiliki kemampuan yang bisa diandalkan. Namun aku juga wanita biasa yang memiliki perasaan, apakah aku tak pantas bahagia? Aku memang tak bisa memilih, aku tak bisa berontak aku hanya bisa menerima ketika perjodohan ini di tetapkan.

***
Kepalaku pusing, ketika kubukakan mata, dinding diruangan ini serasa berputar, kedua kakiku tak dapat ku gerakan, tubuhku serasa sakit semua, ku raba bagian kepalaku, ada kain kasa yang sekujur tangan kiriku di perban, dan botol inpus berada tepat di sisi kiriku. Oh Tuhan apa yang terjadi padaku. Seorang perawat menghampiriku, ia tak bicara apapun, hanya memeriksa denyut nadi ditanganku. Aku tak bisa mengeluarkan suara, ku lihat disi kananku, ibuku tertidur, tampak kelelahan di garis wajahnya. Aku masih menerka-nerka apa yang terjadi padaku Tuhan, dimana elang dimana bilqis? Aku terus bertanya-tanya dalam hati dan dadaku penuh sesak kala itu.

3 minggu sudah aku koma tidak sadarkan diri, bagian tubuhku pun sudah tak befungsi lagi, kedua kaki ku tak mampu lagi menopang tubuhku. Kecelakaan itu menambah serangkaian kepahitan hidup yang aku alami. Kini aku bertumpu di atas kursi roda tak berdaya. Perjalanan pulang ke kampung kemarin membawa sejarah kelam dalam hidupku, kereta yang kami tumpangi terbalik. elang dan bilqis kebanggaanku pun ikut terenggut, aku tak memiliki apapun lagi.

***
Siang ini, kenyataan yang tak pernah terlintas di kehidupanku. 2 batu nisan di atas gundukan tanah kuning yang belumlah kering membuat aku lemah terkulai tak berdaya.

“Bunda akan mendoakanmu sayang,
Tidurlah yang tenang nak. Semoga kita dipertemukan kembali nantinya.
Apapun yang terjadi bunda telah mengikhlaskan elang dan bilqis bersama Allah. Di sana kalian akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik" ucapku lirih pada kedua batu nisan yang teronggok bisu.


Tiba-tiba pandanganku pun kabur dan gelap seketika, aku pun kembali rubuh.

***
Malam ini seperti biasa seusai maghrib, akan banyak anak-anak yang datang ke pondok ibuku, sudah 3 bulan ini aku mengajar anak-anak kampung ini mengaji, dengan kekurangan fisik ini, aku masih ingin berguna untuk orang lain, setidaknya dekat dengan anak-anak bisa meredam kerinduanku kepada elang dan bilqis.

Tiba-tiba sesosok laki-laki tinggi berkacamata, tanpa mengucap salam langsung bersimpuh di kaki ku, ia menangis sejadi-jadinya sambil memeluk dan berulang-ulang mengungkapkan penyesalannya. Mas Pram, tak pernah lagi kuharap kehadirannya. Hatiku sudah terlanjur luka. Perih yang kurasa di hatiku, lebih sakit dibandingkan ketika aku harus menerima kenyataan kalau aku cacat. Semua sudah terlambat, aku tak ingin membuka lembaran lama lagi, aku sudah melupakan. Meski kata maaf beribu kali diucapkan, aku tak perduli lagi, aku terlanjur sakit….

Mas pram,

mintalah maaf pada dunia
yang karnamu
tak lagi ku percaya

35 comments:

  1. Tary, maaf aku nanya... Yang diceritakan ini memang kisah nyata yang Tary alami sendiri? Terus terang, saya sebagai lelaki, merasa miris dan dadaku terasa sesak membacanya. Rasanya seperti membaca novel saja.

    Kalau ini benar kisah nyata dan menimpa anda. Sungguh, ... jarang ada wanita setegar anda. Salam hormat dari saya.

    ReplyDelete
  2. hahahahahh....bukan mas, saya belum menikah. ini terinspirasi dari cerita orang lain. kalau saya mengalami ini. saya nggak akan bisa menulis di blog ini. dan kalaupun saya mengalami ini mungkin laki-laki yang bernama pram itu sudah saya racuni pakai racun tikus heheheheheh

    ReplyDelete
  3. serasa aq pernah membaca cerita ini,,, ataukah de javu ?? hehehe

    ReplyDelete
  4. ck.. menyedihkan banget ry.... :-( kisah nyata yaa... :roll: egoisme anak manusia, dan penyesalan itu mesti ada di akhir,sekali kepercayaan dirusak... tak akan diri ini mampu membangunnya lagi.. itu pelajaran yg bisa diambil

    ReplyDelete
  5. Astaghfirullah, demikian mudahnya minta maaf, setelah menghancurkan dunia orang2 yg seharusnya dijaga,disayangi dan dipertanggung jawabkan dihadapan NYA.
    ada pepatah mengatakan : bagi orang yg bijak, memaafkan bukan berarti melupakan.
    banyak hikmah yg bisa diambil dr kisah ini.
    Semoga wanita tegar ini selalu dlm lindungan Allah swt,amin.
    Terimakasih Tary krn telah berbagi.
    salam

    ReplyDelete
  6. aduh tragis ya...
    tapi ya kalo emang udah jadi kehendak Tuhan ya... itu pasti yang terbaik...

    ReplyDelete
  7. hmmm, q g slah ma dunia,,, knp hrs mnta maaf.... wkwkwk

    ReplyDelete
  8. Saya yakin, dikau gak akan mengalami kisah yang seperti kau ceritakan ini :)

    ReplyDelete
  9. Sungguh malang nasib nya yah ?
    Cuciaaann deh :P

    ReplyDelete
  10. Tambahan lagi Dunia Dan Akhirat
    Mantaaapppzzxxx

    ReplyDelete
  11. Terkadang yang dijodohkan itu ada juga yang sukses kok :D

    ReplyDelete
  12. Terharu deh...ceritanya :p
    Apalagi pas do bogem...waawwwwww!!!!!

    ReplyDelete
  13. Ya Allah.. Benarkah ini.. ?
    kenapa dia masih serumah ketika talak dijatuhkan ?
    Apapun itu turut berduka cita..... lelaki seperti itu tidak perlu dimaafkan :(

    ReplyDelete
  14. Tary..aku juga punya cerita menyentuh.
    kamu dah baca belom.
    coba deh baca ini http://ngerumpi.com/baca/2010/04/23/aku-mencintaimu-suamiku.html

    *ketahuan kalo saya suka tengok2 ngerumpi.com hehe*

    ReplyDelete
  15. Jadi terharu membaca ceritanya.
    Saya kira ini kisah anda tapi setelah membaca komentar ternyata buka.
    Salut dah buat mbak sabar.

    ReplyDelete
  16. pertama membacar merasa kaget, kok bisa dia menulis.... tapi kejadian ini sangat menusuk sekali, memang kita harus bisa memafaatkan, namun kadang sebagai manusia sulit menerima suatu kenyataan hanya keikhlasan yang mampu mengalahkan, semoga ada hikmah dibalik cerita ini... salam mbak

    ReplyDelete
  17. semoga cepat dapat jodoh ya mbak . :mrgreen: . ceritanya benar-benar membuat hatiku terperngah. hm .

    ReplyDelete
  18. Menghela nafas panjang membaca Kisah Ini... pelajaran yang sanat berharga dalam menghargai Pasangan kita...Betapa Allah memperingatkan HambaNYA dengan Keadaan yang sangat diluar dugaan...

    ReplyDelete
  19. ketika ku baca aku sehabis sholat magrib dan mendengar tilawah dari mp3 dan sungguh mengiris luka yang ditinggal.haru sedih dan sungguh sangat kecam laki-laki itu. Spontan naluriku terbuncah hingga hampir air mataku terjatuh. Semoga di beri kekuatan bagi saudara kita yang mengalami. Semoga...

    Salut bagi penulis post ini, sungguh penulisan yang baik dan alurnya sangat enak dirasa

    ReplyDelete
  20. semoga tary dijauhkan dari hal demikian
    bwt pram...teganya dikau!! dodol!!

    tapi bagaimana pun jika kita sanggup memaafkan
    itu sebuah nilai tambah buat kita..
    http://yanrmhd.wordpress.com/2010/01/30/hidup-terlalu-singkat-untuk-membenci/

    ReplyDelete
  21. Hidup memang penuh warna, tapi sang juara adalah yang mampu mengolah rasa pahit menjadi manis tersa.Kisah yang mengharukan dan titip salam damai buat yang ada dicerita :)

    ReplyDelete
  22. Cerita ini mempunyai kekuatan yang bisa mengaduk-aduk emosi seseorang yang membacanya. Seolah-olah sosok lemah itu menjelma menjadi seorang sosok tegar yang begitu ingin melawan ketidakadilan hidup

    ReplyDelete
  23. "Selalu terbuka pintu Maaf bagi yang mau bertobat, "demikian kata orang bijaksana.

    ReplyDelete
  24. iya aku juga belajar banyak dari cerita ini flo

    ReplyDelete
  25. sama-sama bundaa, semoga cerita ini bermanfaat untuk semua

    ReplyDelete
  26. semoga kang, mengerikan sekali ya

    ReplyDelete
  27. Kadang saya mendapat dan mendengar banyak cerita serupa, kurang lebihnya serupa, tapi jika tidak mengalaminya sendiri, kita tak akan pernah tahu betapa rapuhnya hati kita...

    ReplyDelete
  28. "Maafkanlah orang yang telah menyakitimu". Begitu ajaran moral yang kita terima.
    Tapi terkadang, menjadi "manusiawi" lebih menyenangkan bukan? Kalau dapat pasangan seperti itu, siapin racun tikus, mbak. Hehe... :D

    ReplyDelete